Kamis, 19 November 2015

Cerita Pendek

Gotong Royong, Selamatkan Lingkungan

       Fadli, Yourizky, Restu, dam kawan-kawan, pencipta alam akan pergi mengunjungi desa yang terletak di kaki Gunung Salak. Kunjungan dilakukan dalam rangka liburan sekolah. Kegiatan ini bukan hanya sekedar mengunjungi desa. Mereka akan melakukan kegiatan penyelamatan bumi. Rencananya, mereka juga akan melakukan kegiatan bersih lingkungan dan menanam pohon.
       Pada pagi harinya, Yourizky dan Restu sudah berkumpul di bus bersama teman-teman pencinta alam lainya. Akan tetapi, Fadili belum terlihat batang hidungnya. Ternyata ia bangun kesiangan. bergegas ia mandi dan menyiapkan bawaan. Ibunya pun ikut sibuk menyiapkan bekal makanan.
       "Bu, jangan lupa makanan Fadli. O, ya, langsung di taruh ditas, Bu. Gak usah memakai kantong plastik," pesan Fadli
      "Ya, ibu taruh di tas bagian depan ya, Nak," jawab Ibu ramah.
      "Kamu mau di antar apa naik angkot? Kamu sudah telat," tanya Ayah.
      "Fadli naik sepeda saja, Yah. Nanti sepedanya Fadli titipkan di tempat penitipan sepeda. Lumayan kan, Yah, mengurangi polusi," jawab Fadli "Fadli berangkat ya, Ibu, Ayah," pamit Fadli
      "Tunggu dulu, Nak. Siapa tadi yang mandi? Keran kamar mandi belum di tutup! Luber tuh!" kata Ayah.
      "Ya ampun, lupa. Maaf, Yah. Maklum kesiangan. He... he...," jawab Fadli.
      "Jangan lupa lampu kamar dan kipas angin di matikan, Nak," Ayah mengingatkan. Fadli pun bergegas mematikan keran di kamar mandi. Kemudian, mematikan kipas angin dan lampu di kamarnya.
      "Ingat, Nak. Kita juga harus memperhatikan hal-hal kecil dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Seperti yang ayah ingatkan tadi, hemat air dan listrik. Masih banyak saudara kita di luar sana yang kekurangan air bersih dan belum mendapatkan penerangan listrik. Jadi, sudah seharusnya kita tidak terlalu boros dengan air dan listrik, Nak" kata Ayah
      "Keadaah bumi kita juga semakin parah, Nak. Banyak kerusakan karena ulah manusia. Jadi, tidak heran akhir-akhir ini sering kita jumpai para aktivis lingkungan yang selalu mengampanyekan hidup selaras dengan alam. Stop mengesploitasi alam secara berlebihan," sambung Ibu
      "Kita juga bisa berbuat sesuatu. Kita harus percaya, sedikit yang kita lakukan pasti akan berarti. Yang harus kamu ingat, alam ini bukanlah warisan nenek moyang, melainkan titipan untuk anak dan cucu kita nanti," lanjut Ayah
      "Ya, Yah. Fadli berangkat dulu. Semoga kegiatan nanti akan membuat Fadli dan teman-teman lebih sadar akan keadaan lingkungan yang semakin jauh dari keterbelakangan."
                                                                    ********
      Sesampainya di tempat bus, fadli menghampiri Yourizki dan Restu yang menunggu hampir setengah jam
      "Dari mana aja lu," ujar Yourizki
      "Kesiangan. Maaf, ya," Fadli memelas.
      "Ahh, parah hampir aja di tinggal bus," timpal Restu.
      "Ya, maaf deh. Gak akan terjadi lagi. Janji deh!"sekali lagi Fadli menunjukan muka memelas.
      Akhirnya, merekan pun berangkat menuju temoat lokasi. sesampainya di sana, mereka terkejut. Baru saja  mausk di kaki gunung, ternyata tumpukan sampah lebih parah dibandungkan di desa mereka. Sampah-sampah berserakan dan bau busuk telah menjelma menjadi bau yang biasa bagi warga. Bak-sampah pun tak ada. hanya ada 1 temoat pembuangan sampah yang tinggal puing-puing reruntuhan.
      "Wah, tempat ini benar-benar membutuhkan perhatian khusus, Ki!" tegas Restu
      "Benar, untung kita memilih tempat ini.kegiatan yang akan kita lakukan nanti semoga benar-benar bermanfaat, ya!" ujar Youriski
      "Ya, aku udah gak sabar nih," kata Fadli
      Mereka sampai di tempat persinggahan pada malam hari. Mereka menginap di rumah kepala desa. Setelah selesai makan malam, mereka dan warga sekitar bermusyawarah bersama mengenai cara mengatasi keadaan lingkungan. Setelah satu jam, mereka menemukan berbagai macam solusi. Solusi yang di sepakati di antaranya membangun tempat pembuangan akhir sampah dan mengadakan kerja bakti satu bulan sekali.
       Keesokan harinya, Youriski, Restu, Fadli, teman-teman pencinta alam, dan beberapa warga bergotong royong membangun bak sampah. Karena aktivitas kebanyakan warga bertani dan bertenak, semua warga tampak antusias dan tidak merasa terganggu waktunya untuk bekerja. Mereka membangun bak sampah di sudut desa yang berada agak jauh dari pemukiman. Kegiatan ini berlangdsung hingga siang hari.
                                                                    *******
      Pada pagi hari mereka bersama kepala desa mengajak beberapa warga melakukan kegiatan menanam pohon di sekitar lingkungan. Bibit pohon mereka peroleh atas sumbangan dari dinas Perhutanan setempat. Mereka juga melakukan peremajaan kembali pohon-pohon yang sudah gersang di kaki gunung.
      Pada hari berikutnya, mereka mengajak ibu-ibu sekitar lingkungan rumah kepala desa melakukan kegiatan daur ulang sampah. Sebelumnya, mereka meminta kepala desa agar memberi tahu ibu-ibu sekitar mengumpulkan plastik-plastik bekas deterjen, minyak, plastik jajanan, dan plastik botol-botol minuman. Pengetahuan tentang cara mendaur ulang di sekolah, mereka terapkan disini. Mereka mengajari ibu-ibu tersebut berbagai macam cara mengubah plastik menjadi aneka kerajinan tangan seperti dompet, tas, tempat pensil, atau bunga. Mereka berharap bahwa kegiatan ini kelak bisa cara pandangan ibu-ibu rumah tangga bisa membantu perekonomian keluarga. Kerajinan dari sampah plastik ini menjadi alternatif peluang usaha di sekeliling mereka.
      Setelah seharian penuh melakukan aktivitas yang melelahkan, mereka kembali ker rumah kepala desa. Malam harinya di rumah kepala desa  diadakan acara perpisahan. Tangis dan haru mengiringi acara ini. Warga mengucapkan terima kasih kepada mereka atas partisipasi dan kedatanganya. Mereka telah mengubah sikap dan perilaku warga agar lebih disiplin dan mencintai alam. Acara ini berlanjut hingga tengah malam. Mereka semua berkumpul dan bercanda dengan warga.
                                                                  *******
      Esok paginya Restu, Youriski, dan Fadli terbangun. Mereka menghirup udara yang sejuk das segar. Sudah tiga hari di sini, kini mereka mendapatkan hasil yang lumayan menyenangkan. Jalanan sekarang lebih bersih. sampah-sampah pun sudah terbuang pada tempatnya. Barang-barang yang sudah tidak terpakai sudah dapat di produki oleh warga sekitar menjadi barang yang menghasilkan.
      Saatnya mereka kembali ke rumah masing-masing. merekapun bergegas menuju bus yang telah siap menjemput. Setelah pamit kepada kepala desa dan warga sekitar mereka pun langsung berjalan menuju bus. Perlahan bus meninggal kan desa yang telah memberi mereka banyak kesenangan bersama warga. Rasa sedih menyelimuti hati ketiga teman itu
      "Rasanya sangat membanggakan bisa membantu sesama, kawan!" ujar Youriski penuh haru.
      "Ya, kapan-kapan kita akan kembali lagi ke sini dan melihat hasilnya. Semoga mereka tetap teguh menjaga lingkungan," ucap Fadli
      "Ya, kita pasti akan ke sini lagi!" kata Restu
      "Yaa. . . . setuju!" teriak teman teman lainnya.
      Pengalaman berharga tidak akan pernah terlupakan. Menjaga lingkungan itu sangat pemting untuk kelestarian alam. kelak generasi penerus masih dapat menghirup udara segar dan menikmati indahnya dunia.




           Demikan cerpen dari kami jika ada salah ketik mohon di maaf kan sekian terimakasih